BELAJAR BAHASA INGGRIS OTODIDAK, MEMANG BISA?
#Perjalanan Panjang Belajar
Bahasa Inggris
PS: tulisan ini lumayan panjang dan penuh dengan
basa-basi. Kalau kamu seserius itu ingin membaca, silakan. Kalau kamau Cuma pengin
main-main saja, mending jangan sama aku. Eh apa sih :D
Salah satu alasan kenapa kali ini
aku sampai berpikir untuk menulis pengalaman belajar Bahasa Inggris secara
otodidakku adalah instastory Kokoh
Lexy alias Amrazing, the famous
selebgram-influencer-traveler-photographer. Jadi, kira-kira beberapa hari
lalu dia menulis pernyataan gitu di akun instagramnya kalau dia nggak pernah
mengenyam pendidikan formal/kuliah untuk bisa berbahasa Inggris. Dengan kata
lain, kemampuannya menguasai Bahasa Ibu Pangeran Harry itu didapatkan secara
otodidak dari film, musik, buku-buku, bahkan internet (gitu deh kalau nggak
salah ingat). Tulisan tersebut kayak
membangaunkan kenangan gitu di kepalaku, karena apa yang pernah dilakukan Kokoh
Lexy pernah juga kulakukan beberapa tahun lalu sebelum akhirnya bisa memutuskan
untuk mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris saat diberi kesempatan untuk
mengenyam bangku kuliah.
Kalau boleh jujur, aku nggak pernah
suka mapel Bahasa Inggris, sejak SD sampai SMA kelas tiga kemampuan Berbahasa
Inggrisku berada di level terendah. Jangankan bisa merangkai kalimat sesuai
dengan tenses yang baik dan benar,
untuk penggunaan kata ganti/personal
pronoun macam I You We They He She It
saja aku keblinger. Nggak heran deh kalau nilai Bahasa Inggris di raporku
nggak pernah bagus. Bisa ikut ulangan tanpa diremidial saja sudah sujud syukur.
Sumber: https://englishcentralblog.files.wordpress.com/2015/03/frustrated_student_slide-698x360.jpg?w=610 |
Tapi, Semuanya
berubah selepas lulus SMA. Aku yang nggak bisa langsung kuliah karena kendala
biaya harus rela jadi pengangguran selama satu tahun penuh sementara
teman-teman yang lain bisa pergi ke universitas-universitas impian mereka.
Sedih? Yaiyalah… karena salah satu cita-ciatku (Lebih tepatnya sih ego) saat
itu adalah bisa kuliah di PTN mengingat beberapa guru mendukungku untuk
mengikuti program PMDK, UM, bahkan SMPTN karena konon katanya mereka yakin
(entah ini keyakinan mereka atau keyakinanku ya :D) aku bisa masuk salah satu
PTN. Tapi, skenario Tuhan rupanya lebih saklek, sesering apapun seleksi masuk universitas negeri kuikuti, sesering itu
pula aku gagal karena rupanya orangtua belum siap secara finansial.
Kalau ada yang bertanya apa yang aku
lakukan selama satu tahun penuh ketika menjadi pengangguran? Banyak! Selain melamar
kerja ke sana ke mari serta meratapi nasib yang hanya bisa diam di rumah
sementara teman-teman lain bisa melihat
dunia berbeda di tempat menuntut ilmu mereka yang baru, aku mencoba menggeluti hobi
menulisku, dan sempat speechless
sendiri kalau ada tiga novel yang rampung (salah satunya Novel Telepon
Misterius) meski hanya ditulis dalam catatan ponsel Nokia tipe 6600 karena
ketika itu aku belum mempunyai komputer pribadi.
Nah, di
sela-sela menggiati hobi, aku iseng-iseng berpikir, kalau penulis (lemme tell you a thing cita-cita aku saat itu ingin menjadi penulis
professional—sampai sekarang belum berubah sih :D) hanya menguasai Bahasa Ibu
(Bahasa Ibuku Bahasa Sunda) dan Bahasa Nasional saja yaitu Bahasa Indonesia, rasanya nggak cukup
keren. Karenanya aku bertekad ingin menguasai bahasa Asing. Pilihanku jatuh
pada Bahasa Jepang dan Inggris saat itu, behubung aku sudah pernah seserius itu
mempelajari Bahasa Jepang semas SMA (dan sekarang yang tersisa di otak tinggal
remah-remahnya saja :D) kuputuskan untuk memilih Bahasa Inggris sebagai Bahasa
yng harus kukuasai. Caranya? Aku bingung sendiri, minta kursus nggak mungkin
dong karena sebelumnya aku sudah dikursuskan komputer oleh so called Bapak. Jadi satu-satunya jalan adalah dengan belajar
bahasa Inggris secara Otodidak!
WHAT DID
I DO?
Hal pertama yang pertama kulakukan
adalah membongkar buku-buku pelajaran Bahasa Inggris SMA-ku, dan bersyukur aku
pernah diberi pinjam buku paket? Saku? Atau apapun itu namaya oleh pihak
sekolah yang kemudian aku fotocopy (serius ini nggak untuk ditiru, memperbanyak
buku tanpa ijin dari penerbit bisa didenda sekian rupiah dan masuk penjara. Aku
insaf sekarang) buku tersebut berisi macam-macam percakapan sehari-hari,
pariwisata, nama-nama hari-bulan-binatang-buah dan segala macam. Pokoknya lengkap.
Lalu setelahnya apa? Cuma bongkar buku aja? Ya nggak lah. Hal yang pertama aku lakukan adalah…
- Mengenal, Memahami dan Menghafal Tenses dengan Memanfaatkan kamus 99 Milyar
Kenapa sih harus tenses terlebih dahulu? Karena menurut
analisa asal-asalan pribadiku,
Tenses itu ibarat
fondasinya rumah dan akarnya pohon. Kalau fondasi dan akarnya saja nggak kokoh
dan kuat, bagaimana bisa rumah yang kamu bangun dan pohon yang kamu tanam bisa
berdiri kokoh? Nggak berbeda jauh deh dengan Bahasa Inggris, kalau kamu buta tenses, ya kamu pasti keblinger. Jadi,
mau nggak mau saat itu aku harus berkenalan dengan 16 tenses dalam Bahasa Inggris, dan mengingat nama-namanya. Setelah
itu kucoba pahami kapan seharusnya suatu tenses
digunakan. Setelahnya kuhapal setiap rumus dari masing-masing tenses
beserta time signal yang menyertainya.
Berhubung
kemampuanku untuk mengingat nggak cukup bagus, saat itu biasanya aku hanya menghafal
satu kelompok tenses dalam satu
malam. Misal, malam ini rumus dari kelompok Simple
Present tense yang dihafal (kamu bisa lebih lihat contoh 16 tenses di sini)
Setelah dirasa cukup hafal rumus, aku mulai latihan menulis contoh kalimat dari
simple present tense tersebut di buku
catatan. Begitu seterusnya. Oh iya, metode menghafasl tenses ini otomatis membuatku mengenal kata ganti (personal pronoun)
dan penempatannya baik dalam kalimat serta kata, lho. Jadi, menyelam sambil
minum air gitu deh.
Euh kenapa harus kamus 99 milyar? Karena saat itu kamus satu-satunya yang aku punya.
- Memanfaatakn Buku Pelajaran Bahasa Inggris
Behubung hp-ku dulu
nggak secanggih sekarang yang bisa kapan saja mengakses internet, jadilah satu-satunya
sumber buku (di luar kamus 99 Milyar ya) yang aku gunakan untuk belajar Bahasa
Inggris saat itu adalah fotocopy-an buku yang dipinjamkan Sekolah semasa SMA
kelas 3 (Saat itu ada semacam program dari Pemerintah Kabupaten yang mewajibkan
siswa kelas 3 mengikuti les Bahasa Inggris yang diselenggarakan masing-masing
sekolah selepas jam pelajaran selesai dengan tutor-nya guru maple Bahasa Inggris
Sekolah masing-masing). Dari sana aku—kembali—menghafal segala macam percakapan
yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari Misal: What is your name? Where do you live? How old are you? How do you go to
school? What do you want to eat? I am Leaving for School. Please mention the
name of the day in a week. How pity you are. I am hungry. I crush on you,
Darling. I am proud of you, so on. Dari buku tersebut juga, vocabulary-ku
mulai bertambah, yay!
- Menabung Vocabulary, dan Belajar Pronounciation dari Film dan Lagu Berbahasa Inggris
Halo Juki Sayang, kamu selalu
kesal saja gitu setiap aku mengatakan kalau Film itu cuma sarana hiburan.
Karena, bagi kamu film itu bukan kayak apa yang aku katakan melainkan untuk
belajar. And yeaaaah I did what you
always say, Darling. Karena dari
film favorit-ku, Twilight series pertama, aku menabung Vocabulary bonus kata-kata slang dan bagaimana cara mengucapkannya.
Begitu juga dengan lagu berbahasa Inggris, bahkan dari lagunya Saosin, Linking
Park, Avril Lavigne, Seconhand Serenade daftar vocabulary di buku catatanku
bertambah. Jadi, ya, setiap kali mendengarkan lagu dan menemukan kata baru, aku
langsung mencatatnya dan mencaritahu artinya di kamus, itu juga berlaku ketika
aku menonton film.
- Mencatat, dan Menyebarnya di Sudut Rumah
Persis kayak yang
aku pernah tulis dalam artikel
Easy Way to Learn English, kalau menghafal dan
memahami adalah cara jitu agar ke 16, kalimat-kalimat percakapan
sehari-hari, bahkan vocabulary tersebut menempel kuat dalam ingatan. Jika
masih saja lupa-lupa ingat, tulis dan
tempel lah di tempat-temat yang sering dijamah olehmu. Kamar, ruang makan,
bahkan pintu kamar mandi.
- Praktik, dan Berlatih!
Sumber: https://hudaaep.files.wordpress.com/2011/03/airwaychat-big.png?w=500 |
Apalah artinya belajar
tanpa pernah dipraktikan, rite? Jadi
saat itu aku memanfaatkan cermin di dalam kamar untuk speak up dalam bahasa Inggris seolah aku tengah bercakap-cakap
dengan Mister atau Nona Bule. Sering-sering update
status dalam deteran kalimat bahasa Inggris sederhana di Facebook, bukan
untuk pamer tetapi melatih kemampuan writing-ku.
Dan, juga memanfaatkan aplikasi chatting
AirWayChat dengan memasuki room
luar negeri untuk melatih kemampuan percakapanku dengan orang asing :D.
Lumayan, lho, sambil belajar, aku juga mendapat teman baru. Ini patut banget
dicoba!
Euh... Apa setelah itu aku
bisa langsung mahir Berbahasa Inggris? Ya nggak lah! Mana ada sih yang instan. Setelah
selama kurang lebih satu tahun belajar Bahasa Inggris secara otodidak, nggak
lantas menjadikanku expert, tapi
seenggaknya aku sudah nggak terlalu kelimpungan kalau menemukan tulisan dalam
bahasa Inggris di manapun itu, nggak buta lagi harus menggunakan tenses yang mana saat akan menuliskan
deretan kalimat yang meceritakan kejadian di masa lalu bersama mantan, EH :D, yang
terpenting rasa benciku pada Bahasa Inggris perlahan berubah menjadi perasaan
cinta. Ciyeeee :D. Dan yang paling penting dari
yang terpenting
adalah, karena jatuh cinta pasa Bahasa Inggris aku memutuskan untuk memilih
Pendidikan Bahasa Inggris sebagai Jurusan kuliahku yang pada akhirnya merubah
hampir separuh hidup.
Just so you know, sampai sekarang akunya juga masih
belajar Bahasa Inggris dari mana saja, bahkan dari akun-akun yang ada di Iinstagram. Ya meski kuakui semangat
belajarnya nggak sekencang dulu :( .
Jadi, yuk kemasi rasa malas kita, kencangkan niat untuk bisa, lalu belajar dari mana saja dan di mana saja. Nggak keren deh mengkambinghitamkan keterbatasan untuk nggak meng-improve skill kitanya.
Ps: selain di sini,
aku bisa ditemukan di Instagram, lho. @rianiduhandi. Cari saja.
Makasih telah menulis ini kakπ
ReplyDeleteTerima kasih juga sudah berkenan untuk membaca π
DeleteTerima kasih juga sudah berkenan untuk membaca π
DeletePernah baca novel nya di perpus sekolah,eh ketemu penulis nya disini
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteWah iya? Kalau boleh tau perpustakaan sekolah mana?
DeleteTerima kasih
ReplyDeleteSama-sama ☺
DeleteSama-sama ☺
DeleteKak tenses pertamanya apa kak
ReplyDeleteSoalnya aku kesulitan dalam bahasa inggris, setelah membaca cerita kk aku terinspirasi ingin mencobaππ
Tenses yang pertama kali aku pelajari simple present, dear.
DeleteSemangat ayok semangat
Tau ini dari twitter, makasih kak. Semoga aku juga bisa bljr otodidak gini selama gapyear, semoga rasa malasku bisa ilangg permanen hehe. Oiyaa, hobi kita samaan kak. Nulis. Tapi, aku selalu ga percaya diri sama tulisanku pluss masih kurang tntng pembendaharaan kata. Jd, msih insecure. Doain yaa, kak. Semoga aku bisa memanfaatkan waktu gapyear ku sebaik mungkin.π
ReplyDeleteWah terima kasih, ya, udah dibaca tulisan akunya eheheh.
DeleteAamiin yuk semangat yuk. Bisa yuk bisa. Mudhan2 dimudahkan ya semuanya, mudahn2 segala cita2 dan niatnya bisa terwujud dan terealisasikan.
Tooos untuk hobi yg sama. Kita sama2 baca banyak2 yuk supaya perbendaharaan katanya semakin banyak π
Wah terima kasih, ya, udah dibaca tulisan akunya eheheh.
DeleteAamiin yuk semangat yuk. Bisa yuk bisa. Mudhan2 dimudahkan ya semuanya, mudahn2 segala cita2 dan niatnya bisa terwujud dan terealisasikan.
Tooos untuk hobi yg sama. Kita sama2 baca banyak2 yuk supaya perbendaharaan katanya semakin banyak π
Karena cororong tak kunjung usai dan rasa bosan,malas semakin menjadi-jadi akhirnya kuputuskan untuk belajar bahasa Inggris do'akan aku bisa kak karena setiap kali ingin memulai dan mencoba ada saja gangguannya hehe
DeleteAyok semangat. Pasti bisa. Mudahn2 dimudahkan semuanya, ya
DeleteBerapalama kak kakak sampai fasih
ReplyDelete