LEPAS KRIM DOKTER ITU NERAKA?
(Pengalaman Lepas Krim Dokter #part 1)
Kamu
pernah mengalami kulit wajah sekering hati yang sudah lama nggak diisi, yang
bahkan saking keringnya untuk senyum saja sakit? Kalau jawabannya YA/PERNAH, sini kita tos dulu.
Eh
kok kenapa?
Jadi, sebulan lalu, aku memutuskan
untuk stop menggunakan rangkaian skincare khusus jerawat dari sebuah
klinik kecantika ternama di kotaku, selain ingin menghindari ketergantungan dan
efek yang akan timbul di kemudian hari akibat penggunaan jangka panjang, juga
kebetulan kulit di atas bibir mengalami iritasi semacam merah gatal. Dari
situlah niatku untuk berhenti semakin mantap.
Untuk melepaskan sesuatu dari
kehidupan kita memang nggak mudah, bukan? Apalagi produk klinik kecantikan ini
sudah berhasil membuat jerawat-jerawat nakalku kabur meski sesekali masih
nongol satu atau dua biji menjelang datang bulan, belum lagi di kapala ini
muncul gambaran wajah penuh jerawat nan kusam jika aku benar-benar stop
menggunakan skincare kesayangan
tersebut. Jadi, aku putuskan untuk menanggalkannya satu persatu agar kulit wajah
yang super sensitif ini nggak kaget.
Dimulai dari krim malam, dalam waktu
dua sampai tiga hari wajahku aman-aman saja, nggak ada perubahan drastis, namun
di hari berikutnya wajahku mulai menunjukan tanda-tanda protes dengan munculnya
jerawat besar di pipi kiri, dan kulit mengelupas di sekitar bibir yang semakin
parah selepas cuci muka. Apalagi, aku bekerja di ruangan ber-AC, kita sama-sama
tahu kalau AC dan kulit kering bukanlah teman duet yang baik. Otomatis, aku
bergantung sekali pada sesuatu yang melembabkan
semacam Vaselin, dan itu ribet banget harus setiap hari mengolesi kulit
kering menggunakan produk tersebut paska cuci muka dengan si Tea Tree Facial Wash.
Namun, berhubung aku sudah terlanjur
nyaman, dan merasa cocok dengan facial wash mengandung tea tree oil tersebut, aku masih enggan
melepasnya, maka dimulailah pencarian terhadap produk yang diklaim bisa
melembapkan kulit serta bisa dipakai sebagai sleeping mask, dan pencarianku berhasil menemukan The Saem Aloe Vera shooting Gel asal Negeri
Ginseng yang dibeli di akun IG (Justip: nggak usah sebut merk deh, ya). Kenapa
harus produk tersebut? Karena konon katanya, it is alcohol free! Jadi, dipilihlah dia sebagai pengganti krim
malam dengan harapan kulitku bisa ter-hydrate
dengan baik, kenyal, bebas bekas jerawat serta cerah macam artis-artis korea.
Euh, bukannya mendapatkan kulit yang
diinginkan sesuai dengan yang dijanjikan produk The Saem itu,kulitku malah
semakin kering kerontang yang bahkan senyum saja sampai sakit, dan jerawatku
bertambah menjadi dua biji dan semuanya meradang. Dari situlah aku memaki diri
sendiri untuk nggak tergiur iming-iming iklan, bisa jadi produk tersebut cocok
di sebagian orang, dan sayangnya aku bukan sebagian orang itu. Alhasil,produk
tadi teronggok muram di kosan, sesekali dipakai untuk melembapkan bagain tubuh
selain wajah.
Kecewa terhadap The Saem Aloe Vera, aku masih kekeuh mempertahankan Tea Tree Facial Wash dan Sunscreen dari klinik kencantikan yang
malah nggak bagus untuk kulitku. Kamu tahu? Pasukan jerawat mulai kembali
menyerang di pipi kanan, beruntusan seenak jidat datang di kening yang kata ‘dia’
jenong ini, dan sialnya kulit belum bebas dari kering kerontang. Jangan heran
kalau pada akhirnya aku kembali menjadi viewer-nya
para beauty vloggers/gurus dan reader-nya beauty bloggers untuk
mendapatkan pencerahan. Sampai akhirnya
aku tergiur untuk mencoba Cetaphil Gentle Skin Cleanser yang bagi ‘mereka’
adalah cinta matinya.
Terus,
problem di wajahku hilang setelah memakai cleanser
iti? Jawabannya adalah YA untuk
mengatasi kulit keringku (mungkin juga berhasil di kulit kering kamu), bahkan
aku dibuat cinta aja gitu. Namun, untuk masalah lain seperti jerawat… euh aku
bahas di tulisan selanjutnya aja deh, ya.
Intinya,
menanggalkan skincare racikan dokter
itu pasti ada efek sampingnya, dan setiap orang berbeda-beda tergantung jenis
kulit kamu. Kalau pengalamanku ya seperti yang kamu baca di atas, dan sampai
sekarang masih mencari-cari skincare
yang cocok untuk kulitwajahku. Trial and error mah wajar, intinya sabar.
Comments
Post a Comment