Persis Seperti Luka yang pernah Aku Torehkan
Nggak, ini bukan perselingkuhan sialan seperti dalam novel novel yang kutulis, bukan juga drama picisan yang dua tahun lalu masih menjadi favoritku--sampai sekarang juga mungkin--ini tentang kita yang pernah ada, ini tentang kamu yang memilih menjaga perasaan kamu untukku meski kisah kita berakhir jauh sebelum hari ini dengan alasan yang kita sama sama tahu, ini tentang kamu yang sesumbar dengan rencana A rencana B dan rencan menjadikan kita halal, ini tentang kamu yang tak pernah mamintaku secara langsung untuk rencana itu melainkan memberitahu mereka mereka yang kita sebut sahabat, ini tentang kamu yang terlalu pengecut untuk mengajakku berbicara empat mata, mengungkapkan mimpi mimpi kamu yang kemungkinan besar kusuka. Ini tentang kamu yang terlihat begitu meyakinkan akan janji janji yang bahkan kudengar--lagi-lagi--dari mereka. Ini tentang aku yang kemudian percaya, menunggu tanpa pernah--mungkin--kamu tahu. Ini tentang aku yang terkadang meragu akan kamu, akan perasaanku, akan semuanya tentang kita. Ini tentang aku yang pernah merasakan memiliki 'rumah' untukku kembali saat benar benar lelah. Ini tentang aku yang lagi lagi percaya. Dan, ini tentang aku yang hanya ingin diperjuangkan sampai aku benar benar yakin kalau kamu bisa membuatku berhenti mencari.
Namun, Tuhan ternyata Maha Segalanya, yang hanya dalam sekejap mampu menjungkir balikan hati kamu. Sehingga, kamu memilih menyerah dengan alasan: kita tak pernah bisa baik-baik saja, terganjal restu dari semua pihak.
Aku pernah melukai kamu dengan alasan serupa di usia hubungan yang masih begitu hijau. Lukanya, kita telan masing masing berharap waktu menyembuhkan mengingat belum banyak kenangan bersemayam. Dan, kini kamu ternyata berhasil melukaiku dengan alasan serupa sementara kutahu selama ini mereka yang melahirkan dan membesarkan kamu tak pernah bermasalah tentang kita. Kamu tahu? Bualan kamu membuatku muak, menarik kesimpulan impulsif kalau kamu tengah bercanda dengan semesta, mempermainkanku hanya karena kamu terlalu jemu berjuang.
Aku, yang pernah melukai kamu... ternyata terlanjur berharap, namun kamu memilih menawarkan luka walau tanpa kata... Tanpa jeda... dan, pada akhirnya semua harus tiba pada penghujung cerita.
Aku. Kamu. Kita. Pernah sedekat itu, namun takdir memisahkan sebelum kembali mendekatkan seperti layang layang di bawah langit mendung tertiup angin. Dan, kembali berjarak tanpa kat. Berulang. Dengan masalah serupa karena hanyaitu pola yang kita punya. Sampai... akhinya kita bena-benar harus berhenti, kamu menyerah, dan aku berusaha mengais serpihan-serpihan hati yang koyak. Seorang diri, tak ada lagi kamu. Kamu yang memilih kembali pada dia.
Ah, di sini entah aku aku yang terlanjur berharap, atau kamu dengan apapun itu namanya, menggoreskan luka persis yang pernah kugereskan padamu jauh sebelum hari ini.
AKU
AKU
wow...it's about him !
ReplyDeletedan aku tau kamu itu ya kamu
sang penulis yg sngat luar biasa :D
semangat !!!
hahahaha
ReplyDeleteTing Nong...
DeleteUdh setahun lamanya baru mampirr..hehe
Semangat yo miss..biarkan jarimu menari untuk sbuah karya��
Omg dibaca mas cepi sandoro ����
DeleteThis comment has been removed by the author.
Delete